CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Selasa, 06 Januari 2009

Virus kata

Virus Kata
Mungkin dapat hidup lebih lama dari manusianya
Dan penyebarannya pun lebih cepat dari pada kuman TBc
Manifestasinya juga lebih kompleks daripada HIV

Sebegitu ngerikah...?!?
Patogenesisnya begitu kompleks
Nekrosis terjadi dimana-mana
Dan mungkin irreversibel

ada yang mau...???
rasanya hanya orang gila yang mau
tapi anehnya mereka senang mendengarnya tanpa mengaktifkan sistem imunitasnya
bahkan mereka berlomba-lomba menciptakan virus-virus kata varian baru untuk lingkunganya

tapi pernahkah mereka berfikir
bila mereka sendiri yang terinfeksi
terinfeksi oleh virus yang belum tentu kebenarannya
maukah hidupnya hancur karena sesuatu yang tak diperbuatnya

D.Permadi
Jember,17 april 2007

Senin, 05 Januari 2009

AKHIR PERJALANAN Co-AST

Tanpa terasa, putaran waktu telah membawaku ke sebuah akhir perjalanan. Sebuah ujung dari episode hidup yang akan sangat berperan penting dalam meniti masa depan. Tinggal selangkah lagi aku akan menginjakkan kaki di garis finis setelah melewati rute yang terjal dan berliku. Garis finis yang telah aku impikan dari semenjak kecil meskipun saat ini ada lagi garis finis baru yang ada dalam angan dan harus segera diperjuangkan. Garis itu menari-nari di pelupuk mata siap menyambutku dengan tangan terbuka dan memberikan sebuah hadiah penuh misteri yang akan mengiringiku menuju garis pemberhentian terakhir dari jasad yang sedang berkelana di atas bumi.
± 1,5 tahun yang lalu Aku datang ke Rumah Sakit tempatku Co-Ast dengan berbagai macam angan dan tujuan. ku datang kesini untuk mengembangkan kemampuan cerebrumku, tidak hanya hemisphere sinistra yang memang mangharuskanku datang kesini, tapi juga untuk pengembangan hemisphere dextra. Ku berharap disini Aku dapat menyeimbangkan kedua belahan hemisphere sebagai bekalku menghadapi tantangan hidup yang semakin menantang. Karena memang telah Aku sadari dari awal bahwa hemisper dextra-ku tidak berkembang dengan baik dan memang selama ini sedari kecil hanya hemisphere sinistraku yang dikembangkan. Padahal yang menentukan kesuksesan hidup tidak hanya hemisphere sinistra tetapi juga hemisphere dextra dan menurut penelitian peranan dari EQ (hemisphere dextra) lebih besar dibandingkan IQ (hemisphere sinistra) dalam menentukan kesuksesan hidup seseorang disamping unsur SQ yang juga memegang peranan yang tidak kecil. Dan masih menurut penelitian bahwa kemampuan hemisphere sinistra dalam hal ini menghafal, merupakan kecerdasan paling primitive dari seorang manusia.
Hemispere sinistra, ku datang kesini dengan bekal Hemispere sinistra yang ku isi sangat ala kadarnya karena kelalaianku sewaktu kuliah dulu. Namun di sini dengan bimbingan para dr Spesialis dan guru-guruku para pasien yang rela tidak rela memberikan jiwa dan raganya untuk aku pelajari, hemisphere itu mulai terisi meskipun masih amat sangat banyak ruang kosong yang belum terisi. Dan ternyata belajar disini lebih berarti dari pada belajar 4 tahun di bangku kuliah. Semoga ilmu yang ku dapat disini terus berkembang dan Aku dapat mengamalkanya untuk diriku sendiri dan semua orang yang bisa Aku bantu. Semoga Yang Maha Penyembuh memberiku kepercayaan untuk dapat menjadi perantara-Nya dalam menyembuhkan dan mengobati Pasien.
Hemispere dextra, Betapa Yang Berkuasa padaku begitu baik padaku. Aku datang kesini untuk merasakan bagaimana indahnya persahabatan dan aku juga ingin mengerti perasaan orang lain dengan menangkap semua sinyal yang dipancarkan orang lain. Dia telah mengabulkan semuanya meskipun Aku masih harus banyak belajar. Dia menganugerahiku 10 orang sahabat dengan karakter masing-masing yang selalu menghiasi hari-hariku dengan torehan tinta emas dan memperkaya batinku. Mereka mengajarkanku bahwa di dunia ini banyak karakter manusia yang masing-masing karakter mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan Aku harus menghargai dan berterima kasih terhadap perbedaan. Aku banyak belajar disini, bagaimana mengenal karakter beragam individu dan mengambil pelajaran dari tiap karakter, bagaimana norma-norma susila yang ada dalam pergaulan. Ku juga belajar bagaimana mencari jalan keluar dan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah yang sebelum – sebelumnya tidak dapat aku lakukan. Ku belajar bagaimana berkomunikasi dan memupuk rasa percaya diri (misalnya dengan mengganti model rambut yang tidak lazim sebagai gaya dokter muda tiap pindah SMF, nggak penting sich tapi ku rasa cukup efektif, cie…).
Waktu-waktu yang Kita lewati bersama telah mengajarkanku banyak hal yang mudah-mudahan membawa berkah untuk ku arungi hidupku selanjutnya. Aku juga merasakan bagaimana kehangatan berada di tengah teman – teman. Banyak kegiatan bersama yang kami lakukan sehingga kami terasa begitu dekat. Adanya masalah – masalah memang bikin pusing namun itu yang membuat kita semakin kompak. Terima kasih pada-Mu, Kau telah menganugerahkan orang-orang hebat disekitarku. Ku merasakan kebersamaan itu, ku merasakan indahnya sama-sama menjadi kepompong untuk menjadi kupu-kupu yang selalu akan memberikan keindahan untuk dunia. Di sini Ku merasakan semua hal yang sedari kecil hanya bisa ku impikan. Teman-temanku kelompok A tempatku bersama menjalani Co-Ast… jika kalian melihat pedagang besi tua di toko-toko kumuh, jika kalian melihat pedagang sate sedang bermandi keringat mengipasi satenya, dan jika kalian makan makanan yang keasinan, ingatlah bahwa di ujung timur pulau itu ada Aku. Aku yang selalu mengenang kalian, Aku yang penuh dengan kekurangan, dan Aku yang selalu menunggu dengan tangan terbuka kabar kalian. Terima kasih atas semuanya yang tak dapat kusebutkan satu per satu dan maaf bila karena kebodohanku beribu dosa ku perbuat untuk kalian. I LOVE YOU ALL…!!!
Aku juga datang kesini untuk memperkaya dan belajar lebih banyak tentang apa yang harus kupersiapkan untuk menghadap-Nya kelak. Dan segala puji memang hanya untuk-Nya, ku mendapatkan hal itu meskipun masih amat sangat banyak kekurangan. Terima kasih guru-guru akhiratku, semoga yang telah kalian ajarkan bisa menjadi penyelamatku kelak dari panasnya api abadi. Semoga kail yang engkau berikan senantiasa ku gunakan untuk mendapatkan ikan-ikan nan elok lebih banyak lagi. Penuntun-ku bimbinglah terus kaki ini dalam melangkah agar senantiasa bergerak di jalan lurus-Mu.
Dan satu lagi keinginanku, dan mungkin ini keinginan paling konyol yang ku punya. Ku ingin berdiri di atas panggung, dilihat banyak orang dan mengeluarkan suara falsku dihadapan semua orang. Dan sekali lagi terima kasih pada Yang Berkuasa atas Aku, engkau telah menganugerahkan sahabat-sahabat terbaik yang membantuku untuk itu sampai mengajakku menjadi pelanggan sebuah tempat hiburan dan tidak malu untuk terus mendukungku. You are the best…!!! Tetapi ini adalah salah satu jalan yang ku tempuh untuk sekali lagi mengembangkan hemisphere dextra-ku. Tetap semangat…!!!
Ku sadar bahwa tak selamanya usaha yang keras dan doa yang tulus selalu berbanding lurus dengan keberhasilan. Di atas itu semua masih ada Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang masih tersembunyi. Ikhtiar - doa – tawakal kunci sukses menjalani hidup. Jiwa akan semakin tenang karena tingkat kepasrahan dan kecintaan pada-Nya semakin berlipat. Semua yang terjadi atas ijin-Nya, Dia Maha Tahu apa yang terbaik bagi kita dan Dia jugalah yang menjamin atas segala akibatnya (so ngapain pusing toh sudah ada blanked Garanty dari Yang Punya, iya nggak?).

EPISODE KESEDIHAN HIDUP

Sedih, kecewa dan terluka adalah rasa yang akan selalu datang silih berganti dengan senang dan bahagia. Sedih, kecewa dan terluka adalah hal yang paling ingin dihindari dalam hidup ini. Tak perlu kerja keras untuk merasakan hal tersebut, rasa itu bagai tamu yang datang tanpa permisi dan sangat betah sehingga perlu kerja keras untuk dapat mengusirnya. Mereka berkerak dalam relung terdalam yang sangat sukar di tembus oleh cahaya. Berbeda dengan perasaan senang dan bahagia, yang butuh perjuangan untuk mendapatkannya dan juga butuh kerja keras untuk mempertahankannya. Semua orang menginginkannya, namun sayang mereka laksana putri raja yang sangat pemalu dan hanya sesekali menghirup udara kebebasan untuk menyegarkan dunia.
Begitu banyak sedih, kecewa dan luka terhampar dalam perjalanan hidup. Menggelayut membebani kaki untuk melangkang. Terkadang hati meratap penuh amarah pada Yang Menggariskan nasib yang di rasa tidak adil. Rasa itu menyeruak dalam dada dan siap menghantam menghancurkan segala yang ada. Memang itulah kesedihan, dunia terasa tiada lagi berwarna. Tak ada semerbak bunga kasturi dan tak ada melodi indah kecapi. Semua di rasa hampa laksana padang pasir gersang nan tandus yang tak berujung.
Namun itulah hidup, terkadang tidak sesuai dengan ingin di hati. Namun kita terkadang tidak mengetahui apa yang ada di balik kesedihan karena keterbatasan indra dan akal kita. Kita tidak menyadari bahwa untuk mendapatkan kebahagian membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Dengan segala kesedihan itu, kita dapat menggapai puncak dari kebahagiaan. Hadapilah dengan kelapangan hati, dan kelapangan hati itu sejatinya bersumber dari Yang Mempunyai Hati dan Yang Menciptakan Hati. Jangan takut akan kesedihan karena sejatinya bersama kesedihan pasti ada kemudahan. Pasrahkan semua beban di pundak pada kekuatan Yang Maha Besar dan terus berlari kencang biar Dia yang mengurus segala urusan karena memang Dia tidak pernah salah mengurus mahkluk-Nya.

BERJUTA KEBAHAGIAAN DOKTER MUDA

Tak selamanya hari-hari Dokter Muda selalu dipenuhi duka, ada berjuta kebahagiaan di sana karena memang segala kesusahan selalu dibarengi dengan kemudahan. Suka dan duka adalah dua hal yang akan selalu menghiasi kehidupan kita, bergantian sebagaimana malam mengantikan siang. Begitu pun dunia Dokter Muda.
Menurut para pembimbing Dokter Muda di Rumah Sakit, tugas dokter umum dan yang harus bisa dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menegakkan diagnosis
2. Menegakkan diagnosis
3. Menegakkan diagnosis
4. Memberikan terapi
5. Dan yang terakhir menentukan prognosis.
Jadi tujuan dari pendidikan Dokter Muda adalah membimbing para Dokter Muda supaya dapat menegakkan diagnosis. Untuk dapat menegakkan diagnosis bukan pekerjaan yang mudah karena sebuah symptom dan atau sign mempunyai beragam differensial diagnosis yang semuanya mirip-mirip. Apalagi Dokter Muda di didik untuk dapat menegakkan diagnosis dengan menggunakan sesedikit mungkin pemeriksaan penunjang. Jadi untuk dapat menegakkan diagnosis diperlukan pengusaan materi yang lengkap dan pengalaman yang cukup.
Setiap hari kita menangani pasien dan setiap kali itu pulalah kita terus di uji. Di uji kemampuan analisis kita dari symptom dan sign yang ada agar diagnosis tegak, baru selanjutnya memikirkan terapi (tentunya untuk hal ini Dokter Spesialis lebih berperan). Kebahagiaan yang kita dapatkan saat diagnosis yang kita tegakkan benar, merupakan kenikmatan tersendiri bagi seorang Dokter yang tidak bisa digantikan dengan apapun dan susah dilukiskan dengan kata-kata. Dengan dapat menegakkan diagnosis kita akan merasa perjuangan kita ada hasilnya dan ini merupakan pintu awal kita untuk dapat masuk dan membantu mengobati pasien.
***
Laporan kasus dan referat, adalah tugas rutin yang dihadapi Dokter Muda. Untuk membuatnya dibutuhkan persiapan extra-matang agar tidak menjadi bulan-bulanan di kursi panas saat presentasi sehingga harga diri dan air mata tidak perlu jatuh membanjiri seisi Rumah Sakit. Langkah awal untuk membuatnya adalah mencari referensi bahan yang akan dipresentasikan. Referensi dapat diperoleh dari berbagai text book dan dari artikel internet baik yang berbahasa Indonesia maupun bahasa asing, dan yang pasti referensi tersebut harus sudah dapat dipertanggungjawabkan isinya secara ilmiah. Selanjutnya adalah mempelajari semua referensi yang ada. Dari pengalaman penulis, setelah membaca referensi kita akan merasa semakin tidak mengerti penyakit yang akan dipresentasikan laksana meminum air laut yang asin yang justru membuat semakin haus. Karena semakin kita belajar, kita akan menemukan pertanyaan-pertanyaan baru yang susah untuk di jawab. Setelah itu baru menyusunnya dan membuat power point presentasi serta mencetaknya. Setelah disetujui dan jadwal presentasi sudah disetujui oleh dokter pembimbing, maka tibalah saatnya duduk di “kursi panas”.
Duduk di “kursi panas” ibarat seorang narapidana yang sedang duduk di kursi pesakitan di depan para hakim yang akan membacakan eksekusi. Ini merupakan saat yang tepat bagi myocardium untuk berlatih berolahraga. Saat adrenalin membanjiri seluruh tubuh seakan kaki tidak lagi menginjak bumi. Semua sorot mata terpusat pada kita. Sorot mata dokter spesialis yang tajam siap merontokkan isi hemisphere sinistra, ditambah lagi sorot mata para dokter muda yang siap bertanya dengan beragam motivasi, mulai motivasi untuk memberikan kesan bahwa dia pintar dengan berusaha memberikan pertanyaan yang cerdas sampai motivasi untuk menjatuhkan terpidana dengan menyiapkan pertanyaan aneh bin ajaib. Presentasi dimulai, sindroma tremor yang menyerang seluruh tubuh membuat pointer tak jelas diarahkan kemana, lidah dan otak tak lagi berkoordinasi dengan baik. Seperti mobil tua yang sering ngadat, presentasi selesai juga. Tiba saatnya mempertanggungjawabkan presentasi yang disampaikan. Saat pembantaian di mulai, pedang-pedang yang berkilatan siap menghunjam jantung. Jika dapat melewatinya dengan baik, dunia serasa tercipta hanya untuk kita. Beban di pundak yang selama berhari-hari sampai berminggu-minggu terus mengerogoti seakan luntur tak bersisa. Kaki akan terasa ringan untuk melangkah dan kepala bagaikan ayam jago yang baru menang sabung ayam. Bibir bernyanyi sehingga suara sumbangpun terdengar indah melebihi suara emas Chrisye.
***
Pernah suatu saat, Penulis akan berpergian. Karena tidak ada kendaraan pribadi dan tidak ada seorangpun yang bersedia jadi sopir, maka penulis memutuskan menggunakan angkutan umum kota. Setelah berdiri agak lama di pinggir jalan, akhirnya ada juga angkutan yang ditunggu. Setelah menghentikannya, penulis langsung masuk dan duduk di bangku penumpang. Penulis duduk di samping seorang pria setengah baya tanpa begitu memperhatikannya. Penulis merasakan sesuatu yang janggal semenjak duduk, ada sorot mata tajam yang memperhatikan gerak-gerik penulis. Sorot mata itu berasal dari pria di sebelahku. Beberapa saat kemudian, pria itu berkata, “ adik dokter, kan?”. Sungkan juga untuk mengakuinya karena di belakang gelar itu masih ada tambahan lain yaitu “ Muda” dan nada suara pria itu dapat di dengar dari seluruh sudut dalam kendaraan tersebut. Dengan sedikit berat hati, akhirnya penulis mengaku juga. Lalu pria itu bercerita bahwa beberapa bulan yang lalu, anaknya sakit dan di rawat di Rumah Sakit tempat Penulis Praktek dan kebetulan yang merawatnya adalah penulis. Pria itubercerita bahwa anaknya sekarang sudah sembuh berkat pengobatan di Rumah Sakit dan sangat berterima kasih atas perawatan yang penulis berikan.
Jika tidak terhalang rasa malu, air mata haru ini akan menetes. Keluarga pasien yang sering kali terabaikan masih mengingat Kita. Perasaan berguna karena dapat membantu orang lain keluar dari kesulitan yang membelenggunya. Ternyata masih ada juga yang memperhatikan Dokter Muda, sebuah profesi yang sangat terpinggirkan di RS.
***
Bagi sebagian Dokter Muda, untuk dapat menempuh pendidikan Co-Astnya, mereka harus meninggalkan rumah dan seluruh anggota keluarga. Jika beruntung mereka masih mempunyai kerabat di kota tempat pendidikan. Namun bagi yang tidak mempunyainya, maka Dia akan hidup sendirian di negeri orang. Tidak mudah untuk dapat hidup sendiri di negeri orang.
Pendidikan Co-Ast biasanya di bagi dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap hari kita akan melewatkan hari bersama teman sekelompok. Jika beruntung mendapatkan teman sekolompok yang klop, mereka akan terasa dekat seperti saudara bahkan tak jarang bisa menemukan pendamping hidup di sini. Saling berbagi suka dan duka, saling bahu membahu membantu menghadapi segala tantangan hidup. Beribu canda yang mereka tawarkan dan berjuta kenangan indah yang mereka berikan sehingga saat tiba waktunya untuk berpisah, terasa amat berat seakan sebagian hati ini ikut hilang bersama dengan kepergian mereka. Mereka adalah penawar luka, mereka adalah tongkat penyangga dan merekalah entertainer sejati.
***
Terima kasih untuk-Mu Sang Pemberi Kebahagiaan, terima kasih atas Semua Nikmat-Mu. Nikmat ilmu, nikmat kesehatan nikmat persaudaraan serta semua nikmat-Mu yang diri ini sendiri pun tak dapat menghitungnya. Hanya untuk-Mu lah segala puji dan jadikanlah hamba-Mu yang lemah ini orang selalu bersyukur atas segala nikmat-Mu. Amien…

Jumat, 02 Januari 2009

PERTAMA

Matahari masih tetap berlaku sesuai fitrahnya. Memulai hari dari ufuk timur dan mengakhiri hari di ufuk barat, dan hari ini dia masih setia menyinari bumi yang usianya bertambah satu tahun menurut perhitungan masehi. Hari PERTAMA di tahun yang baru, hari PERTAMA di tahun ini yang di kalender di cetak dengan tinta merah.
Aku dan teman-temanku sesama Dokter Muda pergi liburan ke Pantai. Pantai yang Kami tuju berada di luar kota sekitar 100 km dari kota kami. Jalur yang harus Kami lewati merupakan bagian dari PANTURA Jawa yang merupakan jalan lintas provinsi terpadat di Indonesia. Transportasi yang Kami pilih adalah sepeda motor. Dan Aku harus mengemudikan sendiri sepeda motor dan ini merupakan pengalaman PERTAMAKU ke luar kota mengendarai sepeda motor serta perjalanan ini akan menjadi perjalanan PERTAMA terjauhku mengendarai sepeda motor. Ada sedikit keraguan akan kemapuan diri untuk melewati tantangan ini, namun kita takkan tahu kemampuan kita jika belum mengujinya.
Setelah tangki bensin terisi penuh dan alat keselamatan diri terpasang dengan baik, Ku mulai memacu sepeda motorku. Ku susuri kilometer per kilometer, dan stigma masyarakat tentang PANTURA sangat terasa apalagi di hari libur ini. Berderet-deret mobil dan sepeda motor berlalu lalang menuju tujuan masing-masing. Rata-rata mereka memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Namun kebanyakan dari mereka tidak begitu memperdulikan aturan lalu lintas dan keselamatan diri. Banyak pengendara sepeda motor yang tidak memakai helm serta dalam satu sepeda motor mereka bisa membonceng 2-3 orang-orang yang mereka sanyangi. Mereka melaju dengan kecepatan tinggi dan kurang mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang sudah di buat dengan susah payah oleh pakar-pakar lalu lintas untuk keselamatan pengguna jalan sendiri. Apa mereka tidak menyadari taruhan yang di ambil atas tindakannya tersebut. Resiko teringan mungkin kena tilang Polisi sampai resiko kecelakaan lalu lintas yang mengancam. Padahal dari berbagai survey, korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas jauh lebih besar di bandingkan korban yang meninggal akibat serangan jantung. Cedera otak ringan – berat, multiple fraktur, hemato thoraks, pneumothoraks dan multiple laserasi-abrasi adalah kumungkinan-kemungkinan yang terus mengancam mereka sampai mereka sampai di tempat tujuan. Namun itulah Indonesia yang memberikan prestise tersendiri bagi para penguna sepeda motor tersebut yang merupakan orang-orang terpilih yang sangat-sangat pemberani.
Ku terus memacu kendaraanku membuntuti dan mengimbagi kecepatan teman-temanku yang memang sudah sangat berpengalaman pergi keluar kota dengan mengendarai sepeda motor. Kadar adrenalin dalam tubuhku sangat tinggi, curah jantungku meningkat tajam dengan meningkatkan kontraktilitasnya. Ku bisa membayangkan bagaimana sepeda motorku dapat berubah menjadi barang rongsokan dalam sekejap. Ku bisa merasakan betapa tipis tirai pembatas antara hidup dan mati. Ku terus memacu kendaraanku, sesekali kulihat spidometer dan betapa terkejutnya hatiku, spidometer itu menunjukkan angka 100 Km/jam. Ini adalah kali PETAMA aku memacu kendaraan sampai kecepatan 100 Km/jam.
Setelah 2,5 jam aku berkendara, aku sampai juga di tempat tujuan, sebuah pantai yang berpasir putih. Pertama kali masuk, langsung terlihat berjajar toko souvenir yang menjual beragam kerajinan tangan dari laut yang dipadati para pemburu souvenir. Lalu ku beranjak mendekati pantai, tampak ribuan orang memadati pantai sedang bersuka ria menikmati indahnya alam buatan-Nya. Berderet perahu layar wisata beraneka warna yang siap mengangkut wisatawan ke tengah laut yang jernih dan tenang, terapung atas kuasa-Nya.
Ku langkahkan kaki memdekati bibir pantai, di sana kutemui seorang Bapak separuh baya, yang tengah beribadah berikhtiar mencari uang untuk menafkahi keluarganya, sedang menawarkan jasa penyewaan kano. Ku lepaskan pandanganku ke laut lepas, terbayang dipelupuk mata bagaimana laut mengudangku dengan kano dan berjanji akan memanjakanku dengan segala pesonanya. Setelah transaksi disepakati, kano di dorong ke bibir pantai. Di bekali sebuah dayung ku dipersilahkan menaikinya. Ku terus langkahkan kaki sampai terasa gelombang ombak menyapa lembut kedua kakiku. Ku sentuh kano itu untuk pertama kalinya dan ku berkenalan dengannya , “ bawalah aku ke tengah, bekerjasamalah yang baik, jangan terbalik dan bawalah aku menikmati karunia-Nya “. Kano itu tersenyum mengangguk setuju dan mempersilahkan aku untuk naik ke punggungnya. Ku mulai naik, setelah duduk dan dapat menjaga keseimbangan aku mulai membenarkan posisi yang benar untuk berkano. Dan inilah kali PERTAMA aku berkenalan dengan kano dan bermain-main dengannya. Ku kayuh kanoku ketengah, ku merasakan nikmatnya terombang ambing di atas kano oleh gelombang ombak yang sangat bersahabat. Ku pandang ke dasar samudera yang tampak karena kejernihan air laut. Tampak terumbu karang dan beraneka ikan yang berenang kesana kemari dan sesekali meloncat ke atas permukaan air.
Ku terus berkano sampai sang mentari usai menunaikan tugas, menyinari bumi tempatku berpijak, untuk hari ini. Di ufuk barat , tampak langit yang biru perlahan berubah menjadi kemerahan mengantarkan matahari melaksanakan tugasnya yang lain menyinari belahan lain bumi-Nya. Ku kayuh kanoku ke tepi dan ku mulai bersiap menyusuri kembali jalur Pantura Jawa yang akan membawaku kembali ke kotaku.
Tlah ku lewati lagi salah satu hari terindah dalam hidupku yang telah banyak mengubah hal dalam hidupku dengan hal-hal yang baru PERTAMA aku alami. Karena dalam hidup sesuatu yang pasti selain kematian adalah perubahan. Sebuah perubahan yang di mulai dengan sesuatu yang PERTAMA. Jadi jangan pernah takut melakukan suatu hal untuk PERTAMA dan jangan takut akan perubahan dan jangan takut untuk berubah menjadi sesuatu yang positif, sebab dengan perubahan itu akan semakin membuat tahu siapa sebenarnya diri kita.

KESAN DUKA SEBAGAI DOKTER MUDA

Menjadi DM adalah posisi terlemah yang ada di Rumah Sakit dibandingkan posisi yang lain bahkan itu CS ataupun anak AKPER/AKBID yang juga praktek di RS. Kita tidak mempunyai pelindung, Dokter Spesialis yang membawahi kita juga seakan lebih percaya sama laporan perawat, yang laporannya sendiri terkadang penuh dg ketidakobjektifan dan kepentingan pribadi, pihak diklat seringkali tidak berdaya menghadapi kepala-kepala SMF, RS seakan-akan tidak butuh padahal berapa banyak bantuan yang diterima dari kampus dan nama besar RS Pendidikan yang didapatkan, dan pihak Kampus juga tidak mau tahu permasalahan DM dengan alasan sudah menyerahkan pendidikan kita sama RS. Dampaknya bisa di tebak sendiri. Tenaga kita dikuras habis-habisan bahkan oleh perawat, bidan dan juru rawat sekalipun yang secara akademik jauh di bawah kita yang sudah sarjana sedangkan mereka “hanya” sekelas diploma bahkan setara SMA. Saat jaga malam bagaimana mereka tanpa sungkan meminta kita melakukan TTV semua pasien, membenarkan infuse yang macet, menyuntikkan obat bahkan mencuci alatpun yang notabene tugas mereka dilimpahkan pada kita. Bagaimana mereka juga berani memarahi seorang DM yg hanya tidak sesuai dg keinginan perawat dan berani mengancam mogok kerja jika dokter spesialis tetap memberikan ujian pd DM tersebut padahal DM jelas-jelas tidak bersalah. Dampaknya pun jelas, bagaimana bisa belajar dengan keadaan tertekan baik secara fisik maupun mental.
Bimbingan dari dokter spesialisnya agak kurang. Hal ini bisa dikarenakan kesibukan mereka yang selangit dan jumlah yang sedikit, namun masalah kuantitas kami rasa bukan masalah pokok sebab ada SMF yang dr spesialisnya surplus sang seniornya lebih memilih ”menganggurkan diri”, yang perlu sedikit dipertanyakan adalah komitmen mereka untuk mendidik calon teman sejawatnya.
Waktu yang sangat menyita sehingga untuk melihat matahari terbitpun sesuatu yang langka bahkan untuk mengurus diri sendiri pun merupakan barang mahal. Kursi nganggur dan meja kosong menjadi berharga hanya untuk menghilangkan penat barang sekejap jika untuk ke ruang DM tidak memungkinkan.
Financial yang ikut terkuras. Tidak hanya untuk bayar SPP yang memang lebih mahal daripada saat kuliah namun juga untuk kelangsungan sebagai DM. Berapa banyak buku yang harus di beli atau di foto copi karena memang buku waktu kuliah tidak mencukupi lagi, dana buat bikin tugas-tugas yang segunung plus konsumsi pembimbing yang tak jarang harus berkali-kali di beli karena pembatalan-pembatalan dokter pembimbing karena padatnya kegiatan mereka (konsumsi aja bisa memakan uang makan sehari plus sarapan besok paginya), ada lagi beragam macam sumbangan tak terduga yang memang tak terduga, ada lagi dana untuk beri kenang-kenangan ke ruangan meskipun terkadang kurang ikhlas karena sikap mereka yg menjengkelkan, belum lagi untuk sebagian orang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan dengan menyuap bla3x (tapi aku tidak termasuk yang ini lho.).
Teman sekelompok. Teman kelompok merupakan dua sisi mata pisau. Jika kita beruntung mendapat teman kelompok yang pengertian, bisa di ajak kerja sama dalam kebaikan, penuh tanggung jawab terhadap tugasnya, serta dapat dijadikan sahabat yang baik, maka kita akan merasakan keindahan saat menjadi Dokter Muda. Namun apabila mendapat teman sekelompok yang sebaliknya, egois, mau menang sendiri, arogan, susah di atur, cari muka, maka bersiap-siaplah menerima akibatnya baik secara lansung maupun tidak langsung. Secara langsung akan terlihat sehari-hari, bagaimana dia datang telat saat jaga malam sehingga menyusahkan teman yang jaga tunggu, SOAP keleleran, tidak mau disalahkan, dan dia akan senantiasa memberikan berbagai kebetean sepanjang hari sepanjang waktu. Secara tidak langsung bila yang bersangkutan mendapat masalah dengan orang lain dilingkungan Rumah Sakit karena sifat jeleknya, maka siap-siap saja menerima getah dari buah yang tidak kita makan. Sebab, pada beberapa bagian SMF, mereka memandang secara kolektif kelompok sehingga satu bermasalah maka seluruh anggota kelompok mendapat akibatnya.
Itulah sekelumit kisah menjadi seorang Dokter Muda, datang kerja paling awal dan pulangnya paling-paling akhir dengan beban kerja paling berlipat, tidak di gaji, tidak dihargai dan parahnya harus membayar untuk itu semua dengan biaya yang mahal lagi. Huuuu…h, tapi itulah ilmu yang memang mahal harganya. Dan pantaslah kiranya Allah SWT meninggikan beberapa derajat orang berilmu dibandingkan orang alim sekalipun (mudahan-mudahan aku termasuk didalamnya, AMIEN).

PERSIAPAN MENJELANG MASA “ DOKTER MUDA “

Alhamdulillah, kata itu yang pertama kali keluar saat namaku terpampang di papan pengumuman diantara deretan mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang lulus hasil sidang yudisium Sarjana Kedokteran. Akhirnya selesai juga pendidikan S1-ku, sebuah amanat Insya Allah telah berhasil aku penuhi. Ku bisa mempersembahkan sesuatu yang manis buat kedua orang tuaku yang telah memberiku kepercayaan untuk menempuh pendidikan yang kata orang cukup untuk membuat orang tuanya bermandikan keringat untuk menguras isi saku celana lebih dalam.
Namun kebahagiaan itu tidak bertahan lama, sesuatu yang baru dan mungkin aral yang lebih terjal siap menghadang di depan. Sesuatu yang masih tersembunyi di balik tirai, entah siap untuk menerkam, menghunjam atau barang kali siap memberikan pelukan hangat? Tak ada sedikitpun informasi tentang itu selama pendidikan preklinik S1 Kedokteran, padahal tirai itu harus dilalui oleh setiap sarjana kedokteran dari generasi ke generasi untuk dapat menjalankan profesinya sebagai dokter umum. Di balik tirai itu ada pendidikan profesi dokter. Pada tahap ini, para Sarjana Kedokteran akan melanjutkan pendidikannya di Rumah Sakit- Rumah Sakit pendidikan. Istilah kerennya adalah Co-Ast dan dapat gelar baru yaitu Dokter Muda. Di sini para dokter muda dapat menerapkan semua ilmu-ilmu teori yang sudah di dapat di bangku kuliah langsung kepada pasien, namun tentu di bawah pengawasan langsung para Dokter Spesialis di masing-masing bidang.
Seperti pada umumnya Sarjana kedokteran yang lain, Aku tidak tahu medan seperti apa yang akan dihadapi di Rumah Sakit. Tugasnya apa, jam kerjanya seperti apa bahkan peralatan apa yang harus di bawa masih berdiri samar di lorong-lorong gelap. Dengan sedikit keberanian, ku cari informasi-informasi apa dan bagaimana pendidikan Co-Ast ke senior-senior dokter Muda. Informasinya beragam, namun dari semuanya dapat diambil kesimpulan bahwa masa Co-Ast itu jauh-jauh lebih berat dari pada saat kuliah, iiih serem…!!!
Dari masukan senior-senior tersebut, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan :
1.Harus menyiapkan mental yang prima.
Karena masuk Rumah Sakit ibaratnya masuk hutan belantara yang kita sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi. Pendidikan Co-Ast ini tidak hanya mendidik dari segi keilmuan medis tetapi kita juga di didik dari segi mental. Kita dipersiapkan menjadi seorang dokter yang mempunyai attitude yang baik (bahkan bisa di bilang penilaian dari segi ini porsinya lebih besar dari pada segi intelektual) dengan menjungjung tinggi nilai-nilai luhur profesi kedokteran. Kita juga di bangun menjadi seorang dokter yang bermental baja yang siap menghadapi segala macam kondisi yang akan dihadapi kelak di masyarakat. Jadi jangan heran kalau misalnya saat laporan kasus atau referat kita di hajar habis-habisan sampai nangis. Jangan putus asa bila saat ditanya di depan pasien kita cuma bengong aja. Tetapi jangan takut dan cemas, itu tidak seseram yang di bayangkan kok. Mungkin awalnya saja yang agak berat tapi lama-kelamaan biasa saja, hal ini bisa jadi karena mentalnya sudah terbentuk atau urat malunya yang sudah putus, he3x. Eiittt, ada lagi yang perlu di waspadai, tapi jangan bilang-bilang ya, ini dia yang paling menguji mental kita karena setiap saat kita selalu berhubungan dengan yang satu ini, “perawat”. Ada oknum-oknumnya yang suka memperalat kita, suka nyuruh-nyuruh, marah-marah dan sering mengkambinghitamkan DM. Tapi jangan terlalu takut sama mereka, bersikap sewajarnya sesuai dengan batasa-batasan kita sebagai Dokter Muda.
2.Yang ini tidak kalah pentingnya : “ FISIK “.
Yach… karena kita disini seakan-akan di tuntut untuk bekerja lembur sepanjang hari dan sepanjang tahun dengan jatah liburan yang “berkonsep sangat minimalis”. Saat kita bertanggung jawab di ruangan, jam kerja kita adalah sebagai berikut : kita harus SOAP pagi-pagi buta bahkan terkadang saat pasiennya sendiri belum bangun tidur. Terus sampai pukul 14.00 baru bisa pulang. Tetapi kalau kita giliran jaga malam kita terus lanjut di Rumah Sakit sepanjang hari dan malam sampai besok paginya lagi ditambah jam kerja pada hari itu, jadi kira-kira bisa pulang pukul 14.00 keesokan harinya. Frekuensi jaganya tergantung jumlah anggota masing-masing kelompok Co-Ast dan jumlah ruangan yang harus dijaga. Belum lagi tugas laporan kasus dan referat yang sangat menguras pikiran, tenaga, waktu dan biaya. Plus materi berjibun yang siap membuat otak memelas memohon ampun yang harus dikuasai dalam limit waktu yang relative sempit.
3.Ada pepatah bilang “ bila kita sudah mempunyai peralatan berarti kita sudah menyelesaikan separuh dari pekerjaan “.
Jadi untuk menghadapi pertempuran ini kita harus mempersiapkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan. Peralatan pokok yang “seharusnya” dipunyai oleh setiap DM adalah stetoskop, tensimeter, thermometer, jam tangan (sebaiknya jangan digital tapi aku sendiri pakai yang digital, he3x), hammer reflex, pen light (lampu senter yang tanggung tapi cahaya kuat dan fokus). Peralatan yang lainnya hanya nice to have misalnya : otoskop, tonometri, dll. Masalah kualitas barang-barangnya tergantung setiap individu. Memang kalau kualitasnya bagus (yang biasanya berbanding lurus dengan harganya) sangat membantu dalam tugas sehari-hari, namun karena Rumah Sakit adalah tempat umum jadi resiko untuk kehilangan barang juga besar. Kalau yang kualitasnya biasa, cukup bermanfaat tapi kekurangannya kita tidak bisa menangkap secara detail sign yang ada pada pasien apalagi untuk pemula seperti para Dokter Muda. Handscoen siapkan yang steril beberapa buah untuk ikut operasi baik di bedah sentral maupun IGD. Handscoen tidak steril juga bisa dipersiapkan satu kotak cukup.
4.Baju seragam juga untuk dipersiapkan.
Jas lab kalau bisa harus punya yang 2 hari sekali bisa ganti sebab kasihan pasien kalau menanggung derita oleh aroma tidak sedap dari baju kita belum lagi bau badan karena belum sempat mandi. Masalah modelnya kalau bisa jangan menyerupai jas dokter sebab sebagian besar dokter spesialis tidak suka disamping masalah etika, (mis : jangan terlalu pendek, jangan terlalu ketat, dll). Baju bedah plus topi dan maskernya cukup dua pasang saja sebab tidak terlalu sering digunakan kecuali di SMF Bedah dan OBSGYN.
5.Persiapan yang terakhir adalah “ ILMU “.
Sebenarnya inilah alasan mengapa kita di Rumah Sakit. Sebaiknya kita harus sudah menguasai luar kepala materi dan teori-teori saat kuliah dahulu, sehingga saat di Rumah Sakit kita tinggal membandingkan teori dengan fakta yang ada di pasien, tugas kita selanjutnya adalah tinggal mengembangkan teori yang sudah kita punya. Namun kalaupun tidak, jangan berkecil hati, hal ini bisa di kejar sambil jalan meskipun dengan usaha yang lebih keras lagi. Dan satu hal yang penting yaitu saat kita berhadapan dengan pasien ilmu yang di dapat jauh lebih cepat masuk dan bertahan lama dibandingkan hanya belajar teori.
Memang, setelah mendengar hal-hal tersebut di atas, timbul pertanyaan terhadap diri sendiri, mampu tidak ya aku menghadapi tantangan baru tersebut. Namun para senior memberiku semangat : “BISA KARENA BIASA” dan terkadang fakta di lapangan tidak seseram dalam bayangan. Dan jangan takut akan tantangan dan sesuatu yang baru sebab dengan adanya tantangan membuat hidup semakin hidup. Dan Allah SWT tidak akan menguji suatu kaum di atas kemampuannya. ORANG LAIN BISA JADI AKU JUGA PASTI BISA. SEMANGAT !!!