CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Minggu, 22 Maret 2009

LABIRIN KEHIDUPAN

Saat ini ku berdiri dalam labirin yang aku buat sendiri. Labirin yang sebenarnya sudah dipenuhi rambu dan cahaya menuju inti dari hidup. Namun kaki ini tidak dapat melangkah dalam jalur itu. Otak ini seakan terlupa bagaimana cara untuk menyusurinya. Tak ada kekuatan dan tak ada tenaga pendorong. Kenikmatan ke arahNya hanya bisa aku angankan dan aku rindukan tanpa daya untuk aku perjuangkan.

Jalan itu memang terjal, penuh onak dan duri. Jalan itu memang berliku penuh dengan persimpangan yang bisa membuat kita tergelincir dalam jalan kenistaan. Dan jalan itu memang penuh dengan belenggu dari kenikmatan semu. Namun dalam jalan itu ada ketenangan dan kelapangan yang tak dapat di beli dengan seluruh isi dunia.

Ku telah merintis jalan berlari ke arahNya. Ku berlari dalam kegelapanku. Ku mengais pelita demi pelita dengan izinNya. Pelita-pelita itu telah menuntunku menapaki setapak demi setapak, namun kini satu per satu pelita itu telah meredup dan sebagian padam. Ku mulai berjalan sendiri lagi dalam keremangan. Meraba setiap dinding kehidupan yang menghambat langkahku dan membawaku dalam kebimbangan dan kebingunganku labirin kehidupan.

Ku tertatih disini seakan kehabisan tenaga, namun ku sangat merindukan Kekasih-ku. Ku merindukan belaian lembut dariNya, kumerindukan kedamaian saat Ku bersujud dihadapanNya, dan kumerindukan dekapanNya di sepanjang waktuku. Kekasih-ku, bimbinglah Aku kembali kearahMu. Pertemukan Aku dengan kekasih-kekasihMu yang lain tuk berlari bersama menujuMu. Sungguh ku di sini sangat merindukanMu…

Selasa, 03 Maret 2009

SANG PENGIKUT HIPOCRATES








Sore itu begitu terik, matahari memancarkan segenap cahayanya tanpa terhalang segumpal awan. Angin bertiup kencang menyapu debu jalanan yang merangas. Kendaraan berlalu lalang melawan waktu menuju tujuan masing-masung.

Zaidan berjalan kaki menyusuri jalan itu. Jalan yang sudah enam tahun Dia lalui menuju sumber ilmu dari kamar kosnya yang sederhana. Sebuah jas lab warna putih yang mulai pudar, dililitkan di tangan kirinya dan sebuah papan nama menyelip di sela-selanya bertuliskan “ DOKTER MUDA : ZAIDAN S. Ked “. Tas punggung yang tampak berat berisi buku-buku dan alat-alat kedokteran, terlihat sangat membebaninya dalam melangkah. Gurat wajahnya menunjukkan kelelahan yang sudah meminta haknya untuk beristirahat.

Di seberang jalan itu, tampak sebuah warung nasi yang ramai pengunjung. Di tempat tersebut biasanya Dia makan. Namun sore ini, Dia terus melangkahkan kakinya tanpa menoleh sedikitpun. Sore ini kalender menunjukkan tanggal 25, uang sakunya sudah menipis dibelikan buku dan untuk pembuatan referat SMF Interna. Sementara uang kiriman dari orang tuanya masih menunggu beberapa hari lagi.

Zaidan masih dapat berkompromi dengan perut dan nafsunya. Dia terus melangkah, “zaidan…zaidan…”, terdengar suara memanggil namanya. Dia menoleh kea rah sumber cahaya. Di sana berdiri sesosok yang dikenalnya, “haikal”, pekiknya. Haikal adalah teman sebangkunya saat SMA. Dia pun segera beranjak mendekatinya, “ apa kabar, sedang apa Kamu di sini “.

“kabar baik, Aku baru pulang dari tempat kerja, kebetulan lewat sini dank arena tadi belum sempat makan siang, Aku makan siang dulu di sini. Kamu mau kemana”.

“ mau pulang ke kos “

“ Mari Aku antar pakai mobilku, sekalian Aku ingin tahu kosmu “.

Zaidan dipersilahkan masuk ke sebuah sedan mewah keluaran terbaru yang masih tampak baru.

“ Sudah sukses ya Kamu sekarang “

“ Alhamdulillah, lumayan sudah bisa buat makan 3 kali sehari dan membeli mobil ini “.

Dipandanginya sahabat yang sudah enam tahun tidak bertemu. Sahabat yang telah menemaninya melewatkan masa SMA. Sahabat yang secara akademik masih berada dibawahnya, kini telah bisa hidup mandiri secara financial.

Selang berapa lama, mobil yang mereka tumpangi tiba di sebuah rumah sederhana berpagar besi berwarna putih.

“ Di sini kosku, ayo mampir “

“ Lain kali saja, sudah sore. Sekarang Aku sudah tahu kosmu, jadi Aku bisa lebih mudah untuk bersilaturahmi denganmu “

“ Oke, terima kasih ya “

Haikal berlalu bersama mobilnya membelah jalanan. Zaidan beranjak membuka pagar.

“ Baru pulang dari Rumah Sakit, dan? “

“ Iya, mau kemana? “

“ Ah cuma jalan-jalan sore saja menemani Dia “, jawab Habibie – teman seangkatannya di fakultas ekonomi yang sekarang sudah bekerja – sambil menunjuk istrinya yang perutnya membuncit mengandung buah hati mereka yang pertama.

Zaidan berlalu dan masuk ke kamarnya, kamar yang tidak terurus karena kesibukan sang penghuni. Kamar yang dipenuhi bertumpuk-tumpuk buku. Di sudut kamar, tergantung sebuah foto di dinding, sebuah foto wisuda sang penghuni, seorang sarjana yang masih harus berurusan dengan BAAK universitas menagih SPP kuliah. Kamar yang masih harus di bayar oleh keringat orang tua, dan kamar yang sudah sangat haus kasi sayang dan sentuhan seorang wanita. Kamar pemuda 25 tahun, Sang Pengikut Hipocrates.






GREAT “ A “


Awal kita ada karena sebuah masalah. Sebuah kemelut yang tidak ada sangkut pautnya secara langsung dengan Kami. Dua buah fakultas kedokteran dari universitas berbeda yang tidak terikat kerjasama sebelumnya, tiba-tiba harus di gabung jadi satu karena suatu keadaan supaya kepentingan masing-masing dapat di akomodasi. Awalnya Kami menganggap Kalian sebagai ancaman, penyusup, pengganggu dan beribu prasangka jelek lainnya. Dan Kami juga yakin, Kalian pasti mempunyai pikiran yang tidak jauh berbeda degan Kami.

Lembaran waktu terus bergulir, ternyata memang benar bahwa Kita tidak boleh berprasangka, karena sebagian besar dari prasangka adalah salah. Corpus Alienum yang Kita pikir, ternyata bukanlah sel kanker yang merusak. Tetapi Corpus Alienum itu adalah regenerasi dari sel-sel hepatoid lobus hepar Kami, yang tanpa Kami sadari Kami tidak mempunyai lobus itu. Kalian telah melengkapi hepar Kami, The great “ A “, sehingga hepar itu tidak dapat berfungsi dengan baik, mengatur metabolisme menuju cita-cita Kita yang adi luhung.

Ketika perbedaan tidak di anggap sebagai suatu sumber masalah, tetapi di anggap sebagai kekuatan. Maka perbedaan itu akan bersinergi, menghasilkan suatu kekuatan yang dasyat, yang dapat menghancurkan segala karang penghalang yang menghadang.

Kini, saat perpisahan itu harus terjadi. Kita diharuskan bermetamorfosis dalam kepompong yang berbeda, terasa ada ruang kosong yang tidak terisi dan tidak tergantikan. Sungguh di dalam kepompong Kami, Kami merindukan Kalian, dan semoga Kalian juga merindukan Kami.

Surabaya, 25 februari 2009

This is for my coast team