CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Jumat, 02 Januari 2009

PERTAMA

Matahari masih tetap berlaku sesuai fitrahnya. Memulai hari dari ufuk timur dan mengakhiri hari di ufuk barat, dan hari ini dia masih setia menyinari bumi yang usianya bertambah satu tahun menurut perhitungan masehi. Hari PERTAMA di tahun yang baru, hari PERTAMA di tahun ini yang di kalender di cetak dengan tinta merah.
Aku dan teman-temanku sesama Dokter Muda pergi liburan ke Pantai. Pantai yang Kami tuju berada di luar kota sekitar 100 km dari kota kami. Jalur yang harus Kami lewati merupakan bagian dari PANTURA Jawa yang merupakan jalan lintas provinsi terpadat di Indonesia. Transportasi yang Kami pilih adalah sepeda motor. Dan Aku harus mengemudikan sendiri sepeda motor dan ini merupakan pengalaman PERTAMAKU ke luar kota mengendarai sepeda motor serta perjalanan ini akan menjadi perjalanan PERTAMA terjauhku mengendarai sepeda motor. Ada sedikit keraguan akan kemapuan diri untuk melewati tantangan ini, namun kita takkan tahu kemampuan kita jika belum mengujinya.
Setelah tangki bensin terisi penuh dan alat keselamatan diri terpasang dengan baik, Ku mulai memacu sepeda motorku. Ku susuri kilometer per kilometer, dan stigma masyarakat tentang PANTURA sangat terasa apalagi di hari libur ini. Berderet-deret mobil dan sepeda motor berlalu lalang menuju tujuan masing-masing. Rata-rata mereka memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Namun kebanyakan dari mereka tidak begitu memperdulikan aturan lalu lintas dan keselamatan diri. Banyak pengendara sepeda motor yang tidak memakai helm serta dalam satu sepeda motor mereka bisa membonceng 2-3 orang-orang yang mereka sanyangi. Mereka melaju dengan kecepatan tinggi dan kurang mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang sudah di buat dengan susah payah oleh pakar-pakar lalu lintas untuk keselamatan pengguna jalan sendiri. Apa mereka tidak menyadari taruhan yang di ambil atas tindakannya tersebut. Resiko teringan mungkin kena tilang Polisi sampai resiko kecelakaan lalu lintas yang mengancam. Padahal dari berbagai survey, korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas jauh lebih besar di bandingkan korban yang meninggal akibat serangan jantung. Cedera otak ringan – berat, multiple fraktur, hemato thoraks, pneumothoraks dan multiple laserasi-abrasi adalah kumungkinan-kemungkinan yang terus mengancam mereka sampai mereka sampai di tempat tujuan. Namun itulah Indonesia yang memberikan prestise tersendiri bagi para penguna sepeda motor tersebut yang merupakan orang-orang terpilih yang sangat-sangat pemberani.
Ku terus memacu kendaraanku membuntuti dan mengimbagi kecepatan teman-temanku yang memang sudah sangat berpengalaman pergi keluar kota dengan mengendarai sepeda motor. Kadar adrenalin dalam tubuhku sangat tinggi, curah jantungku meningkat tajam dengan meningkatkan kontraktilitasnya. Ku bisa membayangkan bagaimana sepeda motorku dapat berubah menjadi barang rongsokan dalam sekejap. Ku bisa merasakan betapa tipis tirai pembatas antara hidup dan mati. Ku terus memacu kendaraanku, sesekali kulihat spidometer dan betapa terkejutnya hatiku, spidometer itu menunjukkan angka 100 Km/jam. Ini adalah kali PETAMA aku memacu kendaraan sampai kecepatan 100 Km/jam.
Setelah 2,5 jam aku berkendara, aku sampai juga di tempat tujuan, sebuah pantai yang berpasir putih. Pertama kali masuk, langsung terlihat berjajar toko souvenir yang menjual beragam kerajinan tangan dari laut yang dipadati para pemburu souvenir. Lalu ku beranjak mendekati pantai, tampak ribuan orang memadati pantai sedang bersuka ria menikmati indahnya alam buatan-Nya. Berderet perahu layar wisata beraneka warna yang siap mengangkut wisatawan ke tengah laut yang jernih dan tenang, terapung atas kuasa-Nya.
Ku langkahkan kaki memdekati bibir pantai, di sana kutemui seorang Bapak separuh baya, yang tengah beribadah berikhtiar mencari uang untuk menafkahi keluarganya, sedang menawarkan jasa penyewaan kano. Ku lepaskan pandanganku ke laut lepas, terbayang dipelupuk mata bagaimana laut mengudangku dengan kano dan berjanji akan memanjakanku dengan segala pesonanya. Setelah transaksi disepakati, kano di dorong ke bibir pantai. Di bekali sebuah dayung ku dipersilahkan menaikinya. Ku terus langkahkan kaki sampai terasa gelombang ombak menyapa lembut kedua kakiku. Ku sentuh kano itu untuk pertama kalinya dan ku berkenalan dengannya , “ bawalah aku ke tengah, bekerjasamalah yang baik, jangan terbalik dan bawalah aku menikmati karunia-Nya “. Kano itu tersenyum mengangguk setuju dan mempersilahkan aku untuk naik ke punggungnya. Ku mulai naik, setelah duduk dan dapat menjaga keseimbangan aku mulai membenarkan posisi yang benar untuk berkano. Dan inilah kali PERTAMA aku berkenalan dengan kano dan bermain-main dengannya. Ku kayuh kanoku ketengah, ku merasakan nikmatnya terombang ambing di atas kano oleh gelombang ombak yang sangat bersahabat. Ku pandang ke dasar samudera yang tampak karena kejernihan air laut. Tampak terumbu karang dan beraneka ikan yang berenang kesana kemari dan sesekali meloncat ke atas permukaan air.
Ku terus berkano sampai sang mentari usai menunaikan tugas, menyinari bumi tempatku berpijak, untuk hari ini. Di ufuk barat , tampak langit yang biru perlahan berubah menjadi kemerahan mengantarkan matahari melaksanakan tugasnya yang lain menyinari belahan lain bumi-Nya. Ku kayuh kanoku ke tepi dan ku mulai bersiap menyusuri kembali jalur Pantura Jawa yang akan membawaku kembali ke kotaku.
Tlah ku lewati lagi salah satu hari terindah dalam hidupku yang telah banyak mengubah hal dalam hidupku dengan hal-hal yang baru PERTAMA aku alami. Karena dalam hidup sesuatu yang pasti selain kematian adalah perubahan. Sebuah perubahan yang di mulai dengan sesuatu yang PERTAMA. Jadi jangan pernah takut melakukan suatu hal untuk PERTAMA dan jangan takut akan perubahan dan jangan takut untuk berubah menjadi sesuatu yang positif, sebab dengan perubahan itu akan semakin membuat tahu siapa sebenarnya diri kita.

0 komentar: